Kamis, 29 Mei 2014

Akuntansi Internasional

Definisi Akuntansi 

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi , dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis".

Akuntnasi Internasional adalah akuntansi untuk transaksi internasional, perbandingan prinsip akuntansi antarnegara yang berbeda dan harmonisasi berbagai standar akuntasi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang akuntansi lainnya. Akuntansi harus berkembang agar mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan di perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis. 

Komite Standar Akuntansi Internasional atau International Accounting Standards Committee didirikan pada tahun 1973 di London dan digantikan oleh "Dewan Standar Akuntansi Internasional"  pada tanggal 1 April 201 Ia bertanggung jawab untuk mengembangkan Standar Akuntansi Internasional dan mempromosikan penggunaan dan penerapan standar tersebut.


STRUKTUR IFRS
 
IFRS dianggap sebagai kumpulan standar "dasar prinsip" yang kemudian menetapkan peraturan badan juga mendikte penerapan-penerapan tertentu.
Standar Laporan Keuangan Internasional mencakup:
  • Peraturan-peraturan Standar Laporan Keuangan Internasional (Internasional Financial Reporting Standards (IFRS)) -dikeluarkan setelah tahun 2001
  • Peraturan-peraturan Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards (IAS)) -dikeluarkan sebelum tahun 2001
  • Interpretasi yang berasal dari Komite Interpretasi Laporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC)) -dikelularkan setelah tahun 2001
  • Standing Interpretations Committee (SIC)—dikeluarkan sebelum tahun 2001
  • Kerangka Kerja untuk Persiapan dan Presentasi Laporan Keuangan (1989) ( Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements (1989))

In making the judgement described in paragraph 10, management shall refer to, and consider the applicability of, the following sources in descending order:
(a) the requirements and guidance in Standards and Interpretations dealing with similar and related issues; and
(b) the definitions, recognition criteria and measurement concepts for assets, liabilities, income and expenses in the Framework.
Dalam membuat keputusan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 10, pihak manajemen harus merujuk kepada, dan mempertimbangkan kemungkinan penerapan akan, sumber-sumber berikut dalam urutan menurut:
(a) persyaratan dan panduan dalam Standar dan Interpretasi dalam menangani hal serupa dan berhubungan; dan
(b) penjelasan, kriteria pengenalan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban, pendapatan dan pengeluaran dalam Kerangka Kerja.
Sumber : 
1.  http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Pelaporan_Keuangan_Internasional
2. http://anitasitindaon.blogspot.com/2012/03/pengertian-akuntansi-
    internasional.html
3.

Selasa, 05 November 2013

REVIEW JURNAL ILMIAH TENTANG GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJANYA

REVIEW JURNAL ILMIAH TENTANG GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJANYA


A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

    Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (YPPMI & SC, 2002). Atau secara singkat, ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini, yaitu fairness, transparancy, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan (Beasly et al., 1996). Chtourou et al. (2001) juga mencatat prinsip GCG yang diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat (constrain) aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. 



       Rekayasa kinerja yang dikenal dengan istilah earnings management ini sejalan dengan teori agensi (agency theory) yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (principles) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada profesional (agents) yang lebih mengerti dan memahami cara untuk menjalankan suatu usaha (YPPMI & SC, 2002). Namun pemisahaan ini mempunyai sisi negatif, keleluasaan manajemen untuk memaksimalkan laba akan mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan manajemen sendiri dengan biaya yang harus ditanggung pemilik perusahaan. Kondisi ini terjadi karena asimetri informasi (information asymmetry) antara manajemen dan pihak lain yang tidak mempunyai sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk memonitor tindakan manajemen (Richardson, 1998; DuCharme et al., 2000). Rekayasa ini merupakan upaya manajemen untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk menyesatkan pemegang saham yang ingin mengetahui kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkannya (Healy & Wahlen, 1998; DuCharme et al., 2000). Sehingga secara prinsipil manipulasi ini tidak sejalan dengan semangat GCG. 


       Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani letter of intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah pencatuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di Indonesia (YPPMI & SC, 2002). Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional. Namun, walau menyadari pentingnya GCG, banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang menerapkan prinsip tersebut. Masih banyak perusahaan menerapkan prinsip GCG karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada dibandingkan yang menganggap prinsip tersebut sebagai bagian dari kultur perusahaan. Selain itu, kewajiban penerapan prinsip GCG seharusnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap kualitas laporan keuangan yang dipublikasikan. Maka atas dasar uraian tersebut dan sejalan dengan penelitian Chtourou et al. (2001), penelitian ini ingin menguji apakah penerapan prinsip GCG mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan yang diukur dari keberhasilan ditekannya upaya rekayasa yang dilakukan manajemen. 


B. VARIABEL PENELITIAN DAN UKURANNYA

1. Sampel dan Data

     Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan (annual report) tahun 1995-2000 perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah multiple purposive sampling.


TABEL 1 
Sampel Penelitian Identifikasi Perusahaan Jumlah  Perusahaan yang masuk dalam daftar CGPI 52  Perusahaan lembaga keuangan (9)  Data laporan keuangan tidak lengkap (19)  Jumlah Sampel 24  Sumber: data sekunder diolah, 2002. 

2. Pengukuran Variabel 


     Penelitian ini menggunakan discretionary accruals sebagai proksi rekayasa keuangan yang dilakukan manajemen. Discretionary accruals merupakan selisih antara total accruals dan nondiscretionary accruals. Sedangkan total accruals merupakan selisih antara net income dan cash flow from operations. Total akrual dipecah menjadi komponen discretionary accruals dan nondiscretionary accruals dengan menggunakan modified Jones model (Dechow et al.,1995). Model ini dipakai karena paling baik dalam mendeteksi rekayasa keuangan yang dilakukan manajemen dan memberikan hasil paling robust (Guay et al., 1996; Teoh et al., 1997; Rajgopal et al., 1999).  AC = Net income - Cash flows from operations  Current accruals (CA) didefinisikan sebagai perubahan dalam noncassh current assets dikurangi perubahan dalam operating current liabilities atau dihitung sebagai berikut:  CA = D(current assets-cash) - D(current liabilities-current maturity of long-term debt)  Nondiscretionary accruals (NDA) merupakan accruals yang diekspektasi dengan menggunakan modified Jones model. Expected current accruals sebuah perusahaan ditahun tertentu diestimasi dengan menggunakan cross-sectional ordinary least squere (OLS) regression terhadap current accruals dan perubahan penjualan.  Nondiscretionaty accruals (NDA) dihitung sebagai berikut:  Dimana: = Estimated intercept untuk perusahaan i pada tahun t = Slope untuk perusahaan i pada tahun t  TAI,t-1 = Total assets pada periode t-1  DSales = Perubahan penjualan  DTR = Perubahan dalam piutang dagang  Discretionary current accruals (DCA) untuk sebuah perusahaan pada tahun tertentu dihitung sebagai berikut:  Untuk menghitung discretionary dan nondiscretionary long-term accruals (DLTA dan NDLTA) , harus menghitung discretionary dan nondiscretionary total accruals (DTA dan NDTA). Discretionary total accruals (NDTA) sebuah perusahaan ditahun tertentu dihitung meregresi total accruals (AC) sebagai dependen variabel dan gross property, plant, and equipment (PPE) sebagai additional explanatory variable.  Nondiscretionary total accruals (NDTA) dihitung sebagai berikut: 
Dimana: = Estimated intercept perusahaan i pada tahun t = Slope untuk perusahaan i pada tahun t  PPE = Gross property, plant, and equipment  TAI,t-1 = Total assets pada periode t-1 


3. Metode Analisis 


      Analisis Deskripstif. Untuk mengestimasi nilai NDTAC dan NDCA dilakukan regresi terhadap nilai perubahan penjualan (change in sales), perubahan piutang dagang, dan gross property, plant, and equipment (PPE) sebagai variabel independennya. Dari nondiscretionary accruals tersebut dihitung discretionary accruals. 


     Uji Beda. Uji beda dilakukan terhadap nilai discretionary accruals sebelum dan sesudah diterapkannya prinsip-pinsip GCG untuk mengetahui tingkat penurunan rekayasa yang dilakukan manajemen. Untuk cut off waktu penerapan prinsip GCG digunakan tulisan dalam buku "The Essence of Good Corporate Governance" yang menyebutkan prinsip tersebut diterapkan di Indonesia sejak ditandatanganinya LOI antara Indonesia dan IMF, yaitu tahun 1998 (YPPMI & Sinergy Communication, 2002: 173). Sehingga periodesasi penerapan prinsip GCG dilakukan sebagai berikut: 

1. Tahun 1996-1997 merupakan periode sebelum diterapkannya prinsip GCG.  2. Tahun 1998 dipakai sebagai cut off periode penerapan prinsip GCG.  3. Tahun 1999-2000 merupakan periode kewajiban penerapan prinsip GCG. 



4. Hasil

     Dengan menggunakan modified Jones model untuk memisahkan total accruals menjadi discretionary accruals dan nondiscretionary accruals. Penelitian menggunakan discretionary accruals perusahaan sampel selama lima tahun, yaitu tahun 1996 (t-2) dan 1997 (t-1) sebagai periode sebelum diterapkannya prinsip-prinsip GCG, tahun 1998 (t) sebagai tahun munculnya kewajiban penerapan prinsip GCG, serta 1999 (t+1) dan 2000 (t+2) sebagai periode kewajiban penerapan prinsip GCG. Hasil penghitungan discretionary accruals ditunjukkan di Tabel 2.

TABEL 2
Discretionary Accrual Selama Periode Pengamatan
t-2 t-1 t t+1 t+2
Mean -25009.92 -222806.60 -376456.40 -310024.20 -331029.60
Median -11836.00 -63629.00 -414736.00 -144192.50 -166891.00
Sumber: data sekunder diolah, 2002. 

Tabel 3 menunjukkan nilai mean dan median discretionary accruals selama periode bernilai negatif. Hal ini merupakan indikasi bahwa rekayasa yang dilakukan manajemen bersifat income decreasing. Kondisi ini terjadi karena kemungkinan besar manajemen bersikap konservatif dalam melaporkan kinerjanya, yaitu dengan mengakui biaya masa depan (future cost) menjadi biaya sekarang (current cost) yang mengakibatkan kinerja lebih rendah dari kinerja fundamentalnya. Tabel 3 juga menunjukkan bahwa nilai discretionary accruals tahun 1996 (t-2) dan 1997 (t-1) (-25009.92 dan -222806.60) lebih tinggi dibanding dengan nilai discretionary accruals tahun 1999 (t+1) dan 2000 (t+2) (-310024.20 dan -331029.60). Penurunan nilai discretionary accruals yang mencolok ini di tahun 1999 (t+1) dan 2000 (t+2) kemungkinan besar karena pengaruh krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Tahun 1998 (t) mempunyai nilai discretionary accruals paling rendah, yaitu -376456.40. Hal ini terjadi karena kemungkinan besar pada tahun tersebut krisis ekonomi di Indonesia mencapai puncaknya.  Selanjutnya discretionary accruals akan dipecah menjadi dua, yaitu discretionary current accruals-akrual yang dihitung dari aktiva lancar-dan discretionary long-term accruals-akrual yang dihitung dari aktiva tetap. Pemecahan ini untuk mengidentifikasikan apakah rekayasa keuangan yang dilakukan terhadap aktiva lancar ataukah aktiva tetap. Hasil pemecahan ditunjukkan di Tabel 3.


TABEL 3 
DCA dan DLTA Selama Periode Pengamatan  t-2 t-1 t t+1 t+2  Discretionary Cuurent Accruals (DCA)  Mean -0.0560 -0.0210 -0.0260 -0.0130 0.0106  Median 0.0000 -0.0210 -0.0110 -0.0510 0.0384  Discretionary Long-term Accruals (DLTA)  Mean -25009.92 -222806.60 -376456.40 -310024.20 -331029.60  Median -11836.00 -63629.00 -414736.00 -144192.50 -166891.00  Sumber: data sekunder diolah, 2002.  Tabel 3 menunjukkan nilai DLTA untuk semua periode pengamatan selalu lebih besar daripada nilai DCA. Hal ini mengindikasikan manajemen cenderung memilih menggunakan item yang aktiva tetap (dan aktiva jangka panjang) untuk melakukan rekayasanya. Selanjutnya uji beda (t-test) akan dilakukan terhadap nilai discretionary accruals sebelum dan sesudah penerapan prinsip good corporate governance pada tahun 1998. Nilai discreationary accruals sebelum penerapan merupakan rata-rata discretionary accruals t-2 dan t-1 (1996 dan 1997). Sedangkan nilai discretionary accruals sesudah penerapan merupakan rata-rata discretionary accruals t+1 dan t+2 (1999 dan 2000). Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 4. 


TABEL 4 

Uji Beda Sebelum dan Sesudah Penerapan GCG  p-value t-value  Sebelum-sesudah 0.291 -1.081  Sumber: data sekunder diolah, 2002.  Keterangan : * : Signifikan pada level 0.05 (2 sisi)  ** : Signifikan pada level 0.10 (2 sisi)  Hasil pengujian terhadap discretionary accruals menunjukkan discretionary accruals sebelum dan sesudah penerapan prinsip good corporate governance tidak berbeda secara signifikan. Nilai p-value 0.291 dan t-value -1.081 mengindikasikan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rekayasa kinerja yang dilakukan manajemen sebelum dan sesudah kewajiban penerapan prinsip GCG. 

5. PENDAPAT


              Pendapat saya sebagai pembaca dari jurnal ilmiah tentang Good Corporate Governance pada penelitian ini penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) secara signifikan akan mengurangi upaya rekayasa keuangan yang dilakukan manajemen. Penelitian ini belum berhasil membuktikan dugaan tersebut dikarenakan dari hasil uji beda terbukti tidak adanya perbedaan tingkat rekayasa antara sebelum dan sesudah kewajiban penerapan prinsip tersebut, sehingga GCG belum berhasil untuk diterapkan di Indonesia.

SUMBER : 

ejournal.unesa.ac.id/article/4072/57/article.pdf

Kamis, 10 Oktober 2013

Homesick

    Home sick atau homesick ? Home rumah dan sick adalah sakit. Apakah arti dari homesick sesungguhnya itu? Kalau anak perantauan seperti saya homesick itu merindukan rumah. Kangen dengan suasana yang ada dirumah. Sudah beberapa hari ini rindu dengan keadaan rumah. Rindu tidur dikamar sendiri, sarapan,makan siang hingga makan malam bareng ayah mama, joging keliling komplek sama ayah dan rutinitas lainnya. Miss that moment. :(

   Jika pulang kerumah rutinitas aku itu tidak jauh dari olah raga, Biasanya sampai dirumah khusus hari pertama aku full dirumah, tidak ada aktifitas seperti olah raga. Dihabiskan bareng mama dan ayah. Hari kedua baru deh setiap kelar solat subuh aku berenang sampai jam 7 pagi. Pulang dari renang aku dirumah siap - siap buat anterin adikku sekolah. Namanya Jihan Putri Fadhila Slamet, duduk dibangku 2 SD. Next, setelah mengantar dia kesekolah aku dirumah saja atau nemenin mama keluar komplek. Biasanya beli keperluan yang ada. Lalu, siangnya makan siang dirumah bareng ayah mama. Biasanya ketika makan siang pasti yang dibahas dengan kegiatan aku di depok, dan kita ngebahas berita yang ada di tv. Di dapur rumah ada televisi jadi suka ngebahas juga.

   Tintiiin. klakson pun ada di depan rumah. Ayah di jemput supir dan berangkatlah beliau ke kantor. Akupun dirumah bersama mama nunggu Putri pulang sekolah. Sore aku suka sepedaan sama ayah maupun joging. Kelar magrib seperti biasanya aku ngegym sampai jam 9 malam.

  Seperti itulah rutinitas ku dirumah.Tidak jauh - jauh dengan "OLAH RAGA" :D Oh iya dirumah aku itu serba menjaga kesehatan, dari pola makan, kebersihan gigi, diri dan lainnya. Jadi jangan heran ya kalau aku terkadang lebih suka steril. :)

Minggu, 01 September 2013

4 Tiang

Cinta itu seperti rumah.Tidak perlu mewah tetapi hanya butuh 4 tiang. yaitu :
1. Kejujuran
2. Kesetiaan
3. Keikhlasan
4. Dan Kasih Sayang

Mengapa demikian? Karena di dunia ini tidak ada yg sempurna,Kesempurnaan itu hanya milik Allah. jadi jangan pernah berharap untuk mendapatkan pasangan yang sempurna, tetapi carilah pasangan yang dapat saling berbagi dan saling melengkapi 1 sama lainnya. karena 4 tiang itu akan semakin kokoh jika engkau yakin dengan adanya itu semua. dan berserahlah sama Allah. :)

Pada saat kamu dikecewakan,kamu akan selalu berusaha untuk menerima apa adanya dengan ikhlas. Saat kamu disakitin kamu ikhlas untuk semuanya karena kasih sayang yang telah kalian bina . :)


Semoga jadi manfaat untuk semua. :)

BERSYUKUR



BERSYUKUR



Terkadang kita terlalu sering mengeluh tanpa menyadari begitu banyak nikmat sang maha kuasa yang harus disyukuri. Salah satu cara bersyukur atas segala hal yang kita alami adalah dengan "menikmati". Termasuk menikmati musibah yang datang menghampiri diri kita. Lalu, kenapa kita memandang setiap musibah dari sisi negatif? Pandanglah setiap musibah dari sisi positif karena setiap kejadian terjadi atas kehendak Tuhan. Seharusnya kita bersyukur karena Tuhan sayang dengan kita. Tuhan punya banyak cara untuk menegur hamba-Nya dengan arti mengingatkan kita agar mendekatkan diri kepada kebaikan. Ada hikmah di balik setiap kejadian.



"fabiayyi ala i rabbikuma tukadziban" ( maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? )

Senin, 19 Agustus 2013

Dewi Arimbi dan Saya

Ini ada sebuah kisah tentang Dewi Arimbi dalam penokohan wayang. yang telah dikutip.



Pada suatu hari ketika si Bratasena sedang asik menebang pohon membuka hutan, lewatlah seorang Dewi dari sebuah kerajaan, Dewi itu datang mendekat ingin melihat dengan jelas siapa yang sedang bekerja membuka hutan itu. Dewi itu ternyata seorang raksasa, ia adalah putri kerajaan Pringgandani yang sedang melintas di hutan Amarta. Pada saat melihat si Bratasena sedang bekerja, putri itu begitu terpesona dengan si Bratasena dan diapun jatuh cinta padanya. Karena sadar bahwa ia adalah seorang raksasi sedangkan orang itu nampak seperti seorang satria yang gagah, Dewi itu menjadi kecil hati, namun karena begitu terpesonanya dia dia menghampiri Bratasena dan memeluk kakinya secara tiba-tiba seolah tidak ingin melepaskannya.

Bratasena yang merasa terganggu pekerjaannya menjadi tidak suka dengan putri itu, walaupun sebagai seorang lelaki normal telah sekian lama hidup di hutan pastilah menginginkan kehadiran seorang wanita, namun karena dia raksasa dan caranya mendekatinya sangat aneh maka dia kibaskan kakinya hingga Dewi raksasi itu terjatuh.
Tidak jauh dari situ ternyata Dewi Kunti melihat segalanya. Perasaannya yang peka tahu bahwa Dewi raksasa itu menyenangi putranya. Maka dia datang menolong Dewi raksasi itu sambil berkata “Aduh kasihan sekali Dewi yang cantik ini terjatuh di hutan seperti ini.” Kemudian dilihatnya si Bratasena sambil berkata “Lihatlah anakku alangkah cantiknya Dewi ini”.
Bratasena yang tadinya melihat muka sang Dewi saja tidak mau, kini mencoba melihat wajah Dewi raksasi itu. Dan memang dilihatnya memang Dewi itu cantik juga, hanya saja tubuhnya itu besar sekali tidak seperti wanita lain. Eh tapi akan cocok dengan badanku yang juga tinggi besar ini, pikir si Bratasena.
Dewi Kunti mengajak Dewi raksasi itu berjalan ke arah tempat tinggal Pandawa di Hutan Amarta. Sambil berjalan Dewi itu memperkenalkan namanya Dewi Arimbi dari negara Pringgodani. Tak lama kemudian si Bratasena ikut menyusul pulang ke rumah.
Di dapatinya Kakaknya Puntadewa sedang bercakap-cakap dengan Dewi yang tadi memegangi kakinya.
Kemudian didengarnya kakaknya memanggil namanya ” Adikku Bratasena kemarilah, Putri ini berasal dari Pringgodani, namanya Dewi Arimbi. Dia ingin melanjutkan perjalanan pulang ke Pringgodani. Apakah kamu bersedia mengantarkannya?
“Apapun perintah kakang akan aku laksanakan” demikian si Bratasena menyahut.
Tidak lama kemudian Dewi Kunti keluar dengan membawa sebungkus bekal dan memberikannya kepada Bratasena, ini anakku pergilah antarkan Dewi ini ke Pringgodani.
Singkat cerita berangkatlah Bratasena dan teman barunya ke istana kerajaan Pringgodani. Sampai di Istana menghamburlah putri raja itu ke Ayahnya dan menceritakan semua yang terjadi, dan tanpa malu ia mengatakan bahwa ia menyukai ksatria yang mengantarkannya itu. Kemudian pada saat Bratasena si ksatria itu menghadap, dia menanyakan asal-usul si Bratasena dan menanyakan juga mengapa ia tinggal di hutan.
Bratasena menceritakan semua hal tentang asal-usul nya dan kejadian sejak mereka dikhianati oleh saudara mereka Kurawa dan keluar dari sumur Jalatunda serta mendapatkan hadiah dari raja Wirata.
Ayahanda Dewi Arimbi manggut-manggut, setelah ia mengetahui asal-usulnya ia tidak keberatan apabila Putrinya akan menikah dengan si ksatria Pandawa putera Pandu Dewanata itu. Kemudian sang Raja bertanya kepada Bratasena, apakah benar ia mau memperistri anaknya?
Bratasena tertegun sejenak, kemudian dia menjawab bahwa ia bersedia. Dewi Arimbi yang mendengar dari dalam hatinya berbunga-bunga, dipeluknya ibunya yang saat itu sedang disampingnya. Ibunya mengelus-elus rambut Arimbi dengan penuh kasih.
Apabila engkau bersedia dan anakkupun juga senang dengan sira maka sebaiknya segera hal ini engkau beritahukan kepada Ibu dan saudara-saudaramu.
Maka Bratasena segera meminta diri untuk kembali pulang ke hutan Amarta, keberangkatannya diantarkan oleh Ayahanda Dewi Arimbi, Ibunya dan Dewi arimbi sendiri hingga ke depan gerbang istana.
Sementara itu di Hutan Amarta, tidak lama setelah Bratasena pergi mengantar dewi Arimbi datanglah Patih Nirbita, utusan dari Raja Wirata Prabu Matswapati, bersama dengan rombongannya, ikut pula para putera raja Raden Seta, Raden Utara dan Raden Wratsangka. Pada saat kedatanganya Raden Seta menanyakan kepada Puntadewa kemana gerangan si Jagalbilawa Bratasena, kemudian Puntadewa menceritakan kejadian sehari kemarin. Raden Seta hanya tersenyum mendengarnya, dia sangat kagum dengan kekuatan dan kesaktian Jagalbilawa yang mampu mengalahkan Rajamala yang amat ditakuti seluruh rakyat Wirata.
Dengan hadirnya rombongan Patih Nirbita, pekerjaan membuka hutan menjadi cepat selesai, apalagi setelah itu si Bratasena juga datang dan dengan cepat terbukalah sebuah daerah yang cukup luas untuk didirikan sebuah tempat tinggal dan mungkin dapat berkembang menjadi desa, kota bahkan kerajaan.
Bratasena sejak kedatangannya memberitahukan kepada ibunya bahwa Raja kerajaan Pringgodani telah berkenan untuk mengambilnya sebagai menantu. Dewi Kunti yang mendengarnya menjadi sangat senang dan mengumumkan hal itu kepada semua orang yang ada kepada anak-anaknya Pandawa juga kepada rombongan patih Nirbita, para pangeran kerajaan Wirata, dan kepada para prajurit.
Berkatalah Patih Nirbita bahwa semua senang dengan berita itu dan berkenan untuk ikut mengantarkan Bratasena ke negeri Pringgodani untuk menghadiri pesta perkawinan sang Bratasena dengan Dewi Arimbi, apalagi pekerjaan membuka hutan juga sudah selesai. Maka bersiaplah mereka untuk pergi dalam rombongan yang mengantar mereka ke Negeri Pringgodani. Pinten dan Tangsen senang sekali karena sudah lama mereka ingin melihat kota, setelah sekian lama mereka hidup di hutan berteman dengan binatang hutan. Dewi Kunti menangkap kegembiraan itu dan dalam hati ia berkata, Madrim … untunglah anakmu kembar dua, apabila cuma satu,
maka alangkah merananya anakmu itu.
Tidak lama kemudian berangkatlah rombongan itu ke Istana kerajaan Pringgodani. singkat cerita mereka sampai di Istana kerajaan Pringgodani dan disambut dengan meriah oleh rakyat Pringgodani dan ternyata kerajaan juga tengah bersiap-siap mengadakan pesta untuk pernikahan putri raja mereka yaitu putri Arimbi.
Selang sehari setelah kedatangan mereka pernikahan segera dilangsungkan dan Raja mengumumkan hal itu kepada rakyatnya, dan setelah itu diadakan pesta untuk menyambutnya. Semua rakyat berduyun-duyun ingin melihat wajah si Ksatria yang menjadi suami Dewi Arimbi itu.
Setelah perkawinan, Bratasena memboyong istrinya ke Hutan Amarta tentu saja seijin ayah dan ibunya. Dewi arimbi tidak berkeberatan tinggal dihutan. Maka begitu pesta perkawinan usai pulanglah Dewi Kunti dan puteranya, Patih Nirbita dan rombongannya, serta Bratasena dan istrinya untuk kembali ke hutan. Sesampai dihutan Amarta Patih Nirbita dan rombongannya meminta diri untuk langsung pulang ke kerajaan Wirata. Maka tingggalah Pandawa dan Ibunya serta anggota baru keluarga yaitu Dewi Arimbi di Hutan Amarta. Untuk beberapa waktu lamanya Dewi Kunti dan Putra-putranya masih hidup dalam keadaan prihatin.
Pada suatu hari tanpa di duga-duga datanglah Begawan Abyasa, Mertua dari Dewi Kunti, Kakek dari para Pandawa. Dewi Kunti menceritakan kejadian bagaimana asalnya hingga mereka tinggal dihutan, hidup sengsara dan mengembara. Dia juga mengulangi lagi kesedihan hatinya karena akibat perbuatan Kurawa yang dengki dan keterlaluan itu mereka hidup terlunta-lunta.
Maka bersabdalah Begawan Abyasa bahwa mereka tidak perlu bersedih hati karena perbuatan Kurawa. Di dunia ini menurut Begawan Abyasa tidak akan ada orang yang luput dari sengsara. Bagi manusia suka dan duka itu memang silih berganti, dan setiap orang secara adil akan mengalaminya.

Sifar Dewi Arimbi : Jujur, Berbakti, Setia dan sangat sayang terhadap anaknya.. Bisa berubah menjadi putri secantik-cantiknya . Makanya kenapa aku diberi nama Arimbi agar aku bisa memiliki sifat dari sang Dewi tersebut. 

Minggu, 30 Desember 2012

Karena Kamu

Terbawa hatiku dalam suasana yang telah lama tidak aku rasakan
Suasana yang membuka memori-memoriku
Inginku mengulang apa yang pernah aku lakukan..

Merasakan cinta itu kembali
Melihat dan menjaga dalam tiap kasih sayang
 Dan ini sungguh terjadi

Setiap untaian senyummu
Tatapanmu membuat ku bahagia
Perasaan yang mati ini kian hidup kembali
Kembang seperti bunga yang bermekaran

Karnamu dan karena aku sayang kamu.. 

Karya : Arimbi Tri Pamungkas